Manajemen Lingkungan Psikososial (Manajemen Kelas)

Judul : Manajemen Lingkungan Psikososial
Mata Kuliah : Manajemen Kelas


Latar Belakang

Sekolah merupakan institusi yang berfungsi untuk mengelola murid, jadi diperlukan manajemen dalam mengelolanya. Manajemen kelas berfungsi sebagai upaya mendayagunakan potensi kelas berupa murid dan sarana. Hal ini disebabkan antara lain yaitu kelas mempunyai peranan dan fungsi dalam mendorong proses belajar, sehingga diperlukan manajemen dalam mengelolanya.

Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok, guru harus memiliki norma / aturan dalam kelas, sehingga kemajemukan kelas diciptakan kondisi yang baik. Selain itu juga bertujuan untuk menyiadakan kelas yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dalam rangka terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa.

Namun, dalam pelaksanaannya manajemen kelas seringkali menhadapi hambatan-hambatan. Salah satu hambatan yang seringkali terjadi adalah guru kurang siap menghadapai berbagai kemungkinan yang terjadi. Salah satu kemungkinan yang terjadi adalah adanya kesenjangan antara sesama angota kelas. Hal ini juga dimaksudkan sebagai masalah pelanggaran disiplin kelas, yaitu kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

Sebagai salah satu tujuan dari manajemen kelas, yaitu menciptakan kondisi dalam kelompok. Untuk menghilangkan kemajemukan dalam kelas, adalah guru harus bijak dalam mengelola kelasnya. Sebab murid (yang masih dalam kategori remaja) dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kehidupannya termasuk aspek sosial. Segala macam aspek yang mencakup hubungan sosial dengan kawan, orangtua, ataupun guru bisa disebut dengan aspek psikososial.

Lalu bagaimana pengelolaan manajemen lingkungan psikososial yang baik untuk diterapkan oleh guru dalam mengelola muridnya ?

Penelitian tentang iklim (lingkungan psikososial) pembelajaran di kelas sudah dikerjakan oleh para peneliti sejak tiga dekade yang lalu dengan berbagai metoda evaluasi, dan penelitian di bidang ini didominasi oleh penelitian yang berkaitan dengan penilaian prestasi akademis siswa. 

Pada awal tahun 1960, Bloom mengungkapkan bahwa pengukuran di lingkungan psikososial pembelajaran di kelas merupakan komponen yang menentukan arah dalam meramalkan dan selalu mencari cara terbaik untuk kesuksesan pembelajar. Sejak saat itu banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa persepsi siswa terhadap lingkungan (psikososial) pembelajaran di kelas dapat diukur dengan instrumen melalui survei, dan hasil penelitian mereka dijamin validitasnya.(1)

Masa remaja yang dialami murid merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia, mau atau tidak mau pasti kita mengalaminya. Pada masa ini, berlangsung proses-proses perubahan secara biologis juga perubahan psikologis yang dipengaruhi berbagai faktor, termasuk oleh masyarakat, teman sebaya, dan juga media massa. Kita yang berada di masa remaja ini juga belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan pada saat yang bersamaan kita mempelajari perubahan pola perilaku dan sikap baru orang dewasa. Selain itu, kita yang remaja ini juga dihadapkan pada tuntutan yang terkadang bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Kita bisa-bisa menjadi bingung karena masing-masing memberikan tuntutan yang berbeda-beda tergantung pada nilai, norma, atau standar yang digunakan. Intinya aspek psikososial bisa didefinisikan sebagai aspek yang ada hubungannya dengan kejiwaan kita dan sosial. Kejiwaan tentu saja berasal dari dalam diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar (eksternal). Kedua aspek ini sangat berpengaruh kala masa pertumbuhan kita. Syamsir Firdaus berpendapat :

Kadang yang lebih berpengaruh justru bukan aspek kejiwaan, melainkan aspek eksternal. Misalnya, media massa membangun imej remaja putri yang baik adalah yang berkulit putih dan bertubuh langsing. Demi mengejar body image seperti itu, banyak yang terkecoh dan berusaha menjadi imej seperti yang dikatakan di media massa. Sudah saatnya perubahan diri terjadi bukan dari luar, melainkan dari dalam diri kita sendiri karena seharusnya aspek psikososial berlangsung secara seimbang. Dengan kondisi ini, diharapkan interaksi aspek psikologi dan sosial dapat menjadi positif, yang pada akhirnya dapat berdampak positif pada pembentukan identitas diri kita.(2)

Dalam ilmu Psikologi Perkembangan, kegiatan pendidikan terutama sekolah, guru sangat memerlukan ilmu psikologi perkembangan atau yang lebih spesifik ilmu perkembangan. Guru dapat mengetahui kehidupan kejiwaan anak, sehingga pendidikan tentulah dapat dilaksanakan berdasarkan paham “wajar anak” yang berarti tindakan pendidikan harus disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, baik perkembangan fisik maupun psikis. Untuk menuju proses kedewasaannya, manusia mengalami proses lama dalam perkembangannya. Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dalam diri anak (kejiwaan) maupun faktor lingkungan sosial.

Dalam makalah ini selanjutnya akan dibahas mengenai pengaruh faktor lingkungan sosial (psikososial) yang harus diketahui guru dalam me-manage kelasnya.


Lingkup Pembahasan

1. Hubungan antara lingkungan psikososial dengan perkembangan siswa.
2. Pengaruh-pengaruh lingkungan psikososial dengan pengelolaan murid di kelas.
3. Upaya guru dalam mengelola / me-manage lingkungan psikososial murid.


Hubungan Lingkungan Psikososial dengan Perkembangan Murid

Hubungan antara lingkungan psikologi dan sosial dengan perkembangan murid timbul karena adanya beberapa kebutuhan perkembangan tertentu yang sangat bergantung dari kondisi-kondisi sosial. Menurut Whitherington dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan ada beberapa kebutuhan perkembangan murid yang bergantung pada kondisi sosial, yaitu :

1. Rasa Harga Diri
Kebutuhan akan harga diri meliputi keinginan akan pembenaran sosial (social approval) dan keinginan perasaan berhasil. Setiap orang, bahkan juga anak, mempunyai perasaan, bahwa setidaknya ia harus dianggap sama dengan orang lain.(3)

2. Konformitet
Tekanan-tekanan sosial atau perangsang-perangsang rombongan pada anggota-anggota baru dari suatu lingkungan menimbulkan suatu kebutuhan untuk berbuat sebagai anggota-anggota rombongan yang lain.(4)

3. Kepercayaan Keluarga, Masyarakat, dan Tradisi
Bagi murid (anak) adalah suatu hal yang mudah untuk menerima kepercayaan-kepercayaan orangtua tanpa kritik. Kepercayaan-kepercayaan dan tradisi-tradisi ini dapat mengenai bermacam hal seperti politik, agama, dll.(5)

Perlunya guru dalam memahami berbagai kebutuhan perkembangan pada lingkungan psikosial ini adalah dalam rangka menghindari kelainan-kelainan yang biasanya timbul dalam pengelolaan manajemen kelas.
 
Anak-anak yang biasanya dimasukkan dalam golongan anak berkelainan karena pengaruh lingkungan, pada umumnya menunjukkan kelainan itu di lapangan. Menurut penelitian yang banyak dilakukan kebelakangan ini, yang membuat anak dari kelompok ini menunjukkan kelainan. Berdasarkan sumber itu biasanya kelompok anak-anak ini digolongkan dalam (6) :
a. anak yang ditolak (”rejected child”) oleh orangtuanya
b. anak yang dimanjakan dan disebut anak manja
c. anak yang tidak disukai oleh teman-temannya karena keadaan tubuhnya
d. anak keras kepala
e. anak nakal


Pengaruh Lingkungan Psikososial dengan Pengelolaan Kelas

Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri.(7) Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.

Tiap individu mempunyai pembawaan sendiri-sendiri yang satu sama lain berbeda. Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, manusia selalu mengadakan reaksi. Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa lingkungan yang sama belum tentu menghasilkan reaksi yang sama secara praktis. Adanya perbedaan lingkungan sosial dapat disebabkan perbedaan pola kepribadian, bangsa, usia, jenis kelamin, minat, pendidikan dll.

Hal-hal tersebut secara tidak langsung membawa pengaruh-pengaruh dalam lingkungan kelas (seperti kelainan dan gangguan kelas) yang secara langsung akan menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas. Beberapa pengaruh tersebut adalah : 
1. Kelas adalah kumpulan dari beberapa anak didik yang memiliki background yang berbeda.
2. Anak didik yang memiliki kelainan perkembangan tidak bisa berinteraksi secara normal dalam lingungan kelas.
3. Kelainan-kelainan tersebut dapat dilihat dari segi fisik maupun psikis.
4. Pola background tiap anak yang berbeda tersebut, membuat guru harus bekerja ekstra dalam me-manage kelas tersebut.

Pengaruh-pengaruh tersebut menjadi salah satubatu sandungan guru dalam menjalankan menajemen kelas. Namun, perlu dipahami bahwa guru dalam menghadapi hal ini harus bersikap arif dan bijaksana. Karena pengaruh limgkungan psikososial murid telah menjadi bagian dari hidupnya. Sehingga, untuk mengelola kelas yang majemuk guru harus mempunyai trik-trik tersendiri. Dalam menjalankannya, guru harus benar-benar memahami tentang konsep lingkungan psikososial murid dan ilmu psikologi perkembangan untuk diterapkan dalam manajemen kelas.


Upaya Guru dalam Manajemen Lingkungan Psikososial Murid

Manajemen kelas berfungsi sebagai upaya mendayagunakan potensi kelas berupa murid dan sarana. Dalam upaya mendayagunakan murid yang memiliki latar belakang lingkungan psikososial berbeda, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh guru :

1. Memahami konsep tentang pembawaan
Kemampuan atau bakat sebenarnya merupakan kemampuan potential, yakni mampu berkembang jika mendapatkan dorongan (motivasi) dan kesempatan yang baik. Guru bisa dikatakan berhasil dalam me-manage kelas, apabila guru telah memahami tentang pembawaan murid.(8)

2. Guru perlu mengenal latar belakang dan kehidupan murid
Hal ini tampaknya agak sulit dilakukan oleh guru, mengingat rumitnya pelaksanaan tugasnya. Namun, guru yang baik adalah guru yang bisa mengenal murid dari latar belakang keluarga, interaksi di sekolah, kehidupan masyarakat sekitarnya, pergaulan di luar sekolah, dsb. Hal ini bisa dilaksanakan dengan baik apabila, antara pihak sekolah terjalin hubungan dengan keluarga, masyarakat, dan ditunjang oleh program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Sehingga, apabila guru telah mengetahui background murid secara seksama maka proses manajemen kelas dapat berjalan optimal.

3. Memahami interaksi murid – murid dan murid - guru
Bila anak didorong / diarahkan untuk berbuat, merasakan, berfikir sesuai dengan kehendak guru, maka guru mengedakan inreaksi yang dominatif. Namun, sebaiknya guru memberikan fasilitas kepada murid untuk merasakan dan berfikir sesuai kemampuannya dalam usaha berinteraksi dengan sesama dan dengan guru. Interaksi ini disebut interaksi sosial integratif. Apabila proses ini dijalankan dengan maksimal, maka pola pengembangan murid akan tampak dan guru dapat memehami muridnya sehingga bisa melakukan kegiatan manajemen kelas.

4. Guru perlu mendalami ilmu manajemen kelas
Dalam hal ini, guru yang ingin menjalankan manajemen kelas, harus benar-benar mengetahui konsep penerapan manajemen kelas itu sendiri. Supaya nantinya tidak terjadi kerancuan, kesalahpahaman, dan kegagalan dalam menjalankannya.

5. Guru perlu memahami ilmu psikologi perkembanagn dan sosial
Selain itu, guru harus pula memahami ilmu psikologi perkembangan dan sosial agar manajemen kelas dapat berjalan efektif datinjau dari lingkungan psikososialnya.

6. Guru perlu memahami diri sendiri
Ini merupakan hal yang selalu dilupakan oleh guru. Seorang guru hendaknya memiliki kepribadian yang baik, pengetahuan yang luas, liku-liku perkembangan manusia (sehingga guru terlebih dahulu memahami dirinya sebelum mencoba memahami anak muridnya).


Kesimpulan

Manajemen kelas berfungsi sebagai upaya mendayagunakan potensi kelas berupa murid dan sarana. Dalam perjalanan prosesnya ditemukan bahwa kelas terdiri dari anak murid yang berbeda-beda. Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok, guru harus memiliki norma / aturan dalam kelas, sehingga kemajemukan kelas diciptakan kondisi yang baik. 

Murid (yang masih dalam kategori remaja) dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kehidupannya termasuk aspek sosial. Segala macam aspek yang mencakup hubungan sosial dengan kawan, orangtua, ataupun guru bisa disebut dengan aspek psikososial. Hubungan antara lingkungan psikologi dan sosial dengan perkembangan murid timbul karena adanya beberapa kebutuhan perkembangan tertentu yang sangat bergantung dari kondisi-kondisi sosial.

Tiap individu mempunyai pembawaan sendiri-sendiri yang satu sama lain berbeda. Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, manusia selalu mengadakan reaksi. Hal-hal tersebut secara tidak langsung membawa pengaruh-pengaruh dalam lingkungan kelas (seperti kelainan dan gangguan kelas) yang secara langsung akan menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas.

Usaha-usaha guru untuk me-manage kelas berdasarkan pendekatan psikososial yaitu antara lain :
1. Memahami konsep tentang pembawaan
2. Guru perlu mengenal latar belakang dan kehidupan murid
3. Memahami interaksi murid – murid dan murid - guru
4. Guru perlu mendalami ilmu manajemen kelas
5. Guru perlu memahami ilmu psikologi perkembanagn dan sosial
6. Guru perlu memahami diri sendiri


FOOT NOTE
1. Dikutip dari : http://handoz.blogspot.com/2007/03/what-is-happening-in-this-class_19.html
2. Dikutip dari Tulisan Syamsir Firdaus di : http://www.bunghatta.info/tulisan_228.ubh
3. H.C. Whitherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan M. Buchori, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 99.
4. Ibid.
5. Ibid, hal 100.
6. Drs. B. Suryosubroto, Dasar Dasar Psikologi Untuk Pendidikan di Sekolah, Penerbit PT Prima Karya, Jakarta, 1988, Hal. 55.
7. Dikutip dari : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konseling/problema-masa-remaja/
8. Drs. B. Suryosubroto, Opcit, Hal. 78-79.


DAFTAR PUSTAKA

Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konseling/problema-masa-remaja/
Http://handoz.blogspot.com/2007/03/what-is-happening-in-this-class_19.html
Firdaus, Syamsir. Http://www.bunghatta.info/tulisan_228.ubh
Suryosubroto, Drs. B. 1988. Dasar Dasar Psikologi Untuk Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Penerbit PT Prima Karya.
Whitherington, HC. 1991. Psikologi Pendidikan. Terjemahan M. Buchori. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.


0 komentar:

Posting Komentar