Karya Tulis Perpustakaan - Mempromosikan Kebiasaan Membaca di Kalangan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Buku adalah jendela dunia”, begitu kata pepatah. Hal ini seakan merupakan sebuah penekanan mengenai pentingnya arti membaca bagi manusia. Membaca pada hakikatnya merupakan kegiatan memperoleh informasi melalui simbol-simbol tercetak yang tidak terbatas pada buku, tetapi juga mencakup surat kabar, brosur, leaflet, papan nama, media elektronik, dan lain-lain.

Buku mempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi. Apa yang dibaca akan berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, kepribadian dan intelektualitas seseorang.(1) Sebagaimana salah satu tujuan kemerdekaan Indoensia yang tersebut dalam UUD 1945 ialah mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata yang dilakukan antara lain melalui proses pendidikan itu sendiri berkaitan langsung dengan kegiatan belajar dan membaca.

Namun, walaupun proses pendidikan itu tidak langsung memfokuskan pada kegiatan membaca, namun kegiatan membaca sebagai pangkal dari proses pendidikan adalah hal mutlak yang harus diperhatikan. Meskipun media massa / buku tidak secara langsung mengajari, tetapi tetap memberikan pengaruh terhadap pembentukan pengetahuan dan kepribadian individu dan kelompok.(2)

The International Association for Evaluation of Education (IEA) : 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca yang dilakukan pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa kemampuan baca anak-anak Indonesia menduduki urutan yang ke 29. Menurut DR. Jiyono, MA bahwa: " Dari seluruh butir soal yang diberikan kepada anak-anak kita ternyata harga 36,1% yang dapat dikerjakan dengan benar ". Berarti 69,9 % yang dikerjakan secara salah, menunjukkan bahwa prosentase baca anak-anak Indonesia benar-benar amat rendah.(3)

Gambaran diatas membuat kita berfikir, bahwa kegiatan membaca bukan lagi merupakan kegiatan “murah” yang tidak harus kita perhatikan. Namun, ini merupakan salah satu komponen pembangunan masyarakat yang senantiasa harus kita perhatikan.

Masalah mengenai minat baca dikalangan masyarakat, bukan merupakan hal baru yang dibahas berbagai kalangan. Dalam berbagai seminar, simposium, loka karya dan sebagainya telah dibahas oleh para pakar nasional mengenai rendahnya minat baca dikalangan masyarakat Indonesia, terutama daerah pedesaan. Namun, pembicaraan tersebut biasanya hanyalah sampai disitu saja, dan tidak ada suatu bentuk penyelesaian yang konkret untuk kita rasakan.

Kabupaten Karimun, sebagai salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau, yang hingga kini telah berusia 10 tahun, terletak pada posisi strategis pengembangan daerah. Terlebih lagi dengan telah diresmikannya Free Trade Zone di wilayah Batam, Bintan, Karimun (BBK) oleh Presiden RI. Hal ini membuka peluang perdagangan bebas (termasuk media massa cetak, elektronik) yang juga membuka peluang berbagai Industri Percetakan Bahan Pendidikan, yang menghasilkan dan mendistribusikan berbagai buku pelajaran, umum, termasuk alat pendidikan elektronik.

Kabupaten dengan jumlah Murid 21.515 orang (4), merupakan tempat / lahan yang stretegis untuk melaksanakan pembangunan daerah dengan memajukan pendidikan. Perpustakaan Umum (5) Kabupaten Karimun yang baru saja berdiri, namun telah meraih prestasi cukup baik dengan tampil sebagai Juara 1 Lomba Perpustakaan Umum se-Provinsi Kepulauan Riau, cukup mampu menyedot pengunjung dari berbagai kalangan.

Namun, hal sangat miris dirasakan adalah, pengunjung Perpustakaan Umum Kabupaten Karimun pada tahun 2007 hanyalah 633 orang, namun jumlah anggota perpustakaan mencapai 3381 orang dengan 1836 adalah pelajar, sedangkan untuk swasta dan umum hanya 66 pengunjung dan 814 yang menjadi anggota.(6) Hal ini mengindikasikan, perpustakaan sebagai sarana baca untuk masyarakat belum mampu menyedot perhatian masyarakat untuk meningkatkan minat baca dalam menggali ilmu pengetahuan. Prestasi sebagai Juara 1 Lomba Perpustakaan se-Provinsi dinilai belum mampu menjadi tolak ukur keberhasilan perpustakaan Kabupaten Karimun.

Jadi, penulis menilai bahwa usaha untuk mensosialisasikan kegiatan membaca dikalangan masyarakat, sesuai dengan asumsi dasar bahwa membaca adalah kegiatan penting, belum mampu dilaksanakan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah dan Perpustakaan Umum.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka Penulis mencoba menyusun sebuah Karya Ilmiah dengan Judul : “Usaha Perpustakaan Untuk Mempromosikan Kegiatan Membaca di Kalangan Masyarakat”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka Karya Ilmiah ini akan membahas beberapa masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana usaha perpustakan untuk mempromosikan kegiatan membaca di kalangan masyarakat ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi usaha perpustakaan untuk mempromosikan kegiatan membaca di kalangan masyarakat ?

C. Tujuan Penyusunan Karya Ilmiah

Karya tulis ini disusun dengan tujuan antara lain :
1. Sebagai bahan referensi bagi Perpustakaan Umum Kabupaten Karimun, dalam rangka menyambut Bulan gemar Membaca.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Perpustakaan Umum Kabupaten Karimun untuk meningkatkan perannya dalam mensosialisasikan kegiatan membaca di kalangan masyarakat.

D. Sistematika Penulisan

Karya Tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan, yang berisi latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penyusunan Karya Ilmiah dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II Pembahasan Masalah, yang berisi antara lain :
a. Kebiasaan membaca di kalangan masyarakat
b. Perpustakaan sebagai gudang ilmu
c. Peran perpustakaan dalam meningkatkan minat baca
d. Konsep pembangunan perpustakaan
e. Promosi pustaka
f. Budaya baca
3. BAB III Kesimpulan dan Saran, yang berisi Kesimpulan dan Saran.


BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Kebiasaan Membaca Di Kalangan Masyarakat

Dalam Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, tersebut bahwa masyarakat mempunyai hak yang sama untuk :
a. Memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan;
b. Mengusulkan keanggotaan Dewan Perpustakaan;
c. Mendirikan dan/atau menyelenggarakan perpustakaan;
d. Berperan serta dalam pengawasan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan perpustakaan.(7)

Hal tersebut menegaskan bahwa pelayanan kepustakaan merupakan hak mutlak semua lapisan masyarakat, tanpa memandang umur, ras, warna kulit, golongan dan sebagainya. Namun, kondisi real yang kita rasakan adalah bahwa pelayanan kemasyarakatan ini belum berfungsi secara optimal, dan minat baca masyarakat masih tergolong sangat rendah.

Bila kita amati dari satu seminar ke seminar lainnya seakan-akan kita berada dalam lingkaran setan, dimana masalah minat baca sepertinya tidak berujung pangkal dan sulit untuk mencari penyelesaiannya. Semua masalah selalu menghadapi jalan buntu, oleh sebab itu forum seminar hanya sebatas mengumbar ide, wawasan, keluh kesah, konsep, dan setelah itu panitia penyelenggara maupun pemakalah tidur lelap tanpa menindak lanjuti keputusan atau konsep yang telah diambil. Besok-besok diselenggarakan lagi seminar dengan tema yang sama yaitu masalah minat baca yang rendah. Dengan demikian timbul pertanyaan, benarkah masalah minat baca begitu rumit dan tidak bisa diselesaikan di negara kita ini ? Ataukah solusi penyelesaiannya yang tidak menyentuh akar permasalahan ?

Masih rendahnya minat baca masyarakat ini, perlu kita cermati bersama dan dicari akar masalah / landasan yang paling fundamental mengenai permasalahan ini. Penulis menilai, bahwa akar masalah yang terjadi sehubungan dengan rendahnya minat baca antara lain :
1. Manfaat membaca secara langsung belum bisa dirasakan oleh masyarakat.(8)
2. Bahan bacaan belum merata.
3. Pembinaan perpustakaan belum merata.(9)
4. Kemajuan teknologi lebih menarik perhatian.(10)
5. Daya beli bahan bacaan masih kurang.
6. Jarak menuju perpustakaan jauh dari jangkauan masyarakat.(11)

B. Perpustakaan Sebagai Gudang Ilmu

Julius Caesar, Raja Roma, pernah menyerang ke Mesir.(12) Namun, ternyata Mesir memiliki tentara yang amat kuat, saking kuatnya, ia bersama tentaranya terjepit. Dalam keadaan terjepit inilah, Julius Caesar memiliki ide untuk menghindari musuhnya, yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang bernama Alexandria. Ternyata Julius Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara Mesir. Hal ini terjadi karena masyarakat Mesir sangat menghargai perpustakaannya.

Cerita diatas menyiratkan bahwa perpustakaan yang berisikan sekumpulan buku yang disusun secara sistematis merupakan sesuatu yang sangat berharga, bahkan harganya lebih dari seorang Raja Roma sehingga mereka bisa meloloskan diri.

Di hampir semua perpustakaan, kondisi perpustakaan umum bagi masyarakat masih belum memenuhi standart sarana dan pra sarana pendidikan. Jumlah buku dan klasifikasinya masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Perpustakaan Umum Kabupaten Karimun sendiri, jumlah buku pada tahun 2007 adalah 13.814 buah, dengan klasifikasi :(13)
No Klasifikasi Jumlah
1 Karya Umum 304
2 Ilmu Filsafat 463
3 Agama 1804
4 Ilmu Sosial 2600
5 Bahasa 290
6 Ilmu Murni 626
7 Ilmu Terapan 3200
8 Seni Olahraga 489
9 Kekusasteraan 1482
10 Geografi 527
11 Fiksi 2029

Ada indikasi bahwa jumlah dan klasifikasi buku perpustakaan Kabupaten Karimun diatas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga, hal ini menyebabkan kurangnya minat baca masyarakat di perpustakaan.

Ketidakpedulian atau kurangnya minat baca masyarakat bisa diakibatkan oleh kondisi masyarakat kita yang pergerakannya melompat dari keadaan pra literer ke dalam pasca literer, tanpa melalui masa literer. Artinya dalam kondisi masyarakat yang tidak pernah membaca, tidak terbiasa dengan budaya menulis (terbiasa dengan budaya lisan), kedalam bentuk masyarakat yang tidak mau membaca seiring masuknya teknologi komunikasi, informatika, dan broadcasting. Akibatnya masyarakat kita lebih senang menonton televisi daripada membaca.

C. Peran Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat yang sudah maju, berdaya, dan cerdas bisa tercermin dari tingginya budaya baca mereka. Budaya baca yang tinggi diawali oleh tumbuhnya minat baca, kemudian menjadi kegemaran membaca, akhirnya memelihara dan mengembangkan minat baca tersebut menjadi suatu kegiatan yang mendatangkan manfaat.

Menumbuhkan minat dan cinta membaca sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa saja mulai dari diri pribadi, keluarga atau orangtua, sekolah, dan masyarakat. Pemerintah hanya berperan sebagai motivator, fasilitator, dan regulator.(14) Oleh sebab itu upaya pemerintah untuk memasyarakatkan budaya baca tidak cukup hanya dengan mendirikan perpustakaan ataupun dengan memfasilitasi berdirinya perpustakaan pribadi seperti sudut baca dan taman-taman bacaan masyarakat, tetapi perlu ditimbulkan suatu semangat, gerakan, dan tekad yang membangkitkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap pentingnya membaca.

Perpustakaan memiliki peran strategis dalam menumbuhkan minat baca masyarakat. Untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca cakupannya amat luas, karena menyangkut masalah-masalah mulai dari keluarga sampal ke masyarakat. DI samping itu peran pemerintah mulai dari pemerintahan tingkat pusat hingga pemerintahan tingkat terendah di daerah sangat besar. Masing-masing pemerintahan berperan sesuai tugas dan fungsinya serta kewenangannya. Pemerintah pusat misalnya harus menentukan kebijakan dan strategi sesuai dengan kewenangannya termasuk penyediaan anggaran operasionalnya, Pemerintah di tingkat Provinsi menetapkan kebijakan dan strategi sesuai dengan kewenangannya termasuk penyediaan anggaran operasionalnya. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya menetapkan kebijakan dan strategi serta penyediaan anggaran operasional yang memadai guna melancarkan program pengembangan minat baca. Demikian seterusnya dari tingkat Kecamatan, Desa/Kelurahan, Rukun Kampung, Rukun Tetangga hingga terakhir pada keluarga.(15)

D. Konsep Pembangunan Perpustakaan

Sesuai dengan tugasnya, fungsi pokok perpustakaan adalah memberikan pelayanan informasi untuk menunjang program belajar, baik dalam usaha pendalaman dan penghayatan pengetahuan, penguasaan keterampilan, maupun penyerapan dan pengembangan nilai dan sikap.(16) Untuk itu, pembangunan dan pengelolaan perpustakaan yang baik dan profesional harus dilaksanakan dengan sistematis. Pengelolaan kepustakaan meliputi antara lain :
1. Pengadaan koleksi.
2. Pengolahan koleksi.
3. Pengklasifikasian.
4. Tata Ruang Perpustakaan.
5. Pemeliharaan.
6. Struktur Organisasi Pengelola jelas.
7. Pembiayaan teratur.(17)

E. Promosi Pustaka

Tujuan utama promosi perpustakaan adalah upaya menyadarkan masyarakat pengguna tentang pentingnya perpustakaan bagi kehidupan. Ada dua pertanyaan dasar yang harus diketahui oleh Pustakawan dalam mempromosikan kegiatan membaca di perpustakaan :
1. Apakah pustakawan tahu apa yang dipikirkan pengguna tentang pelayanan perpustakaan ?
2. Apakah pustakawan tahu apa yang diinginkan pengguna di perpustakaan ?

Sebaiknya perpustakaan memiliki kebijakan tertulis menyangkut promosi dan merinci berbagai sasaran serta strategi yang akan digunakan. Tentu saja, kebijakan ini harus dikerjakan bersama-sama dengan manajemen perusahaan. Kebijakan pengelolaan dan promosi ini hendaknya memuat beberapa unsur :
1. Sasaran dan strategi
2. Rencana tindakan agar pasti tujuan tercapai
3. Metode evaluasi

Disini penulis mencoba memberikan beberapa ide dalam bentuk kegiatan yang dapat dijadikan sarana promosi perpustakaan :
1. Menyelenggarakan pameran buku.
2. Membuat terbitan berisi informasi mengenai jam buka, jasa dan koleksi perpustakaan.
3. Mempersiapkan dan menyebarluaskan bermacam daftar sumber informasi dan pamflet yang berkaitan dengan proyek dan program perpustakaan.
4. Memberikan informasi tentang perpustakaan kepada semua karyawan.
5. Menyelenggarakan lomba-lomba seperti lomba karya tulis ilmiah, lomba majalah dinding, dan sebagainya.

Diharapkan, melalui beberapa kegiatan diatas, maka usaha promosi perpustakaan dapat dijalankan dengan baik, dan masyarakat luas tertarik untuk mengunjungi perpustakaan tersebut. Langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan kegiatan membaca pada pengguna perpustakaan tersebut untuk kemudian dijadikan mitra untuk bekerjasama membangun kebiasaan membaca dikalangan masyarakat.

Bentuk kegiatan lain dalam rangka pendidikan pemakai yang lebih integral dan kontinyu adalah mengadakan kursus dan pelatihan keperpustakaan. Kursus dan program berbasis perpustakaan khususnya ditujukan pada karyawan dan staf tentang bagaimana cara menggunakan perpustakaan.
Pelatihan yang didesain khusus untuk level manajer hendaknya memberikan bimbingan yang jelas mengenai peran perpustakaan di dalam kegiatan perusahaan serta bantuan yang tersedia dari staf perpustakaan. Pelatihan semacam ini hendaknya secara khusus menekankan pelatihan praktis dalam mencari informasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Melalui pengalaman mereka dalam mencari sumber informasi yang sesuai, para karyawan akan semakin memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana perpustakaan dapat melengkapi tugas-tugas mereka.(18)

F. Budaya Baca

Membaca dalam arti yang umum adalah melakukan berbagai kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan sarta memperluas wawasan untuk dapat membentuk watak dan sikap yang menyebabkan pengetahuan seseorang bertumbuh. Sumber bacaan adalah bisa dari buku, majalah ataupun surat kabar. Apabila kita membiasakan diri membaca terus-menerus setiap hari dan sepanjang waktu maka lambat laun akan tertanam dalam diri kita suatu keadaan atau perasaan selalu ingin tahu . Dan apabila perasaan selalu ingin tahu sesuatu ini mendapat suatu dorongan yang kuat dalam batin kita maka disitulah mulai timbul minat (interest) karena adanya berbagai informasi yang muncul, di sekitar kita, informasi itulah yang mendorong kita untuk mencari sumbernya dan bahkan kebenaran. Di zaman sekarang ini sumber informasi pada umumnya didapat dari berita- berita baik dati Televisi maupun Radio (Audio Visual), disamping itu sumber informasi lainnya adalah dari buku, majalah, surat kabar dan jenis cetakan lainnya (sumber informasi tercetak). Dari buku, majalah dan surat kabar diharapkan akan dapat menimbulkan minat baca. Selanjutnya dari minat baca diharapkan dapat bertumbuh terus dalam arti dari minat baca kemudian berkembang menjadi kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat.(19)

Lebih konkretnya, kebiasaan membaca akan timbul apabila ada selera, minat, kemudian menjadi kebiasaan yang ditunjang dengan adanya bahan bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa semua pihak terutama perpustakaan sebagai penyedia layanan masyarakat harus lebih giat dan berperan aktif untuk mengusahakan kebiasaan membaca dikalangan masyarakat.

Membaca yang pada awalnya hanya sekedar dipromosikan oleh perpustakaan, kemudian akan menarik pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca buku. Kemudian akan timbul suatu selera atau kebutuhan akan bahan bacaan, dan lama-kelamaan akan timbul sebuah kebiasaan yang akan membudaya dikalangan masyarakat kita. Hal inilah yang menjadi cita-cita kita bersama.

Namun, hal ini juga harus ditunjang dengan adanya sebuah sistem pengelolaan perpustakaan yang baik pula. Agar para konsumen dan pengguna merasa nyaman dan aman, kemudian juga hendaknya diperhatikan koleksi perpustakaan yang ada dan hendaklah senantiasa up to date bagi pengguna.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Untuk mempromosikan kebiasaan membaca dikalangan masyarakat merupakan tugas penting seluruh pihak. Sebagai membaca merupakan sebuah kegiatan yang menjadi awal tonggak keberhasilan sebuah negara dengan Sumber Daya Manusia yang bermutu dan berpendidikan serta berwawasan luas.

Perpustakaan sebagai sarana pelayanan masyarakat dan penyedia ilmu pengetahuan hendaklah memiliki peranan penting dalam mempromosikan kebiasaan membaca. Mempromosikan perpustakaan kepada masyarakat akan secara langsung mempromosikan kegiatan membaca sebagai tonggaknya.

B. Saran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempromosikan kegiatan membaca dikalangan masyarakat oleh perpustakaan adaalah :
1. Tersedia perpustakaan yang baik.
2. Adanya manajemen pengelolaan perpustakaan yang baik.
3. Adanya koleksi buku / bahan bacaan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Adanya kerjasama perpustakaan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam membangun perpustakaan.


FOOTNOTE

1. Hannemany Samuel, Sosiologi 1, 1997.
2. Ibid.
3. Dikutip dari http://gpmb.multiply.com/journal/item/5. Sebuah artikel on-line dengan Judul : Gerakan Nasional Membaca Melalui Suatu Pelembagaan, Oleh : Athailah Baderi.
4. Pada tahun 2006, dikutip dari http://muhammadzen.blog.ugm.ac.id/2009/05/05/ rencana-perpustakaan-tahun-2010-kabupaten-karimun/
5. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Tersebut pada Pasal 1 Point 6.
6. Sumber : Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 5 Point 1.
8. Masyarakat masih belum bisa merasakan manfaat dari membaca, hal ini disebabkan oleh kurangnya bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat relativitas konsumen, bahkan salah sasaran. Masyarakat pedesaan yang notabene adalah petani, tentunya harus diberikan bahan bacaan yang banyak berhubungan dengan pertanian. Jadi, sesuai dengan kebutuhan konsumen / pembaca. Kasus seperti ini banyak ditemui. Contohnya, di sekolah kejuruan yang memiliki perpustakaan sekolah. Namun, buku dan referensi yang tersedia masih banyak yang bersifat umum dan hanya sedikit sekali yang berhubungan dengan kejuruan yang dimiliki. Hal ini menjadi faktor utama penghambat minat baca.
9. Masih rendahnya pelatihan manajemen pengelolaan perpustakaan di sekolah-sekolah atau di perpustakaan umum. Hal ini menyebabkan sistem pengelolaan perpustakaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
10. Seiring perkembangan zaman, maka kemajuan teknologi terutama internet lebih menarik perhatian pembaca. Mudahnya mengakses informasi dan pengetahuan dari internet, membuat buku seakan tenggelam dari peredaran umum, dan berganti dengan media on-line. Hal ini juga harus menjadi perhatian lebih bagi penyedia Perpustakaan Umum di berbagai daerah untuk mensosialisasikan kembali buku sebagai sarana pengetahuan.
11. Beberapa isu keluhan masyarakat di Tanjung Balai Karimun.
12. Pada waktu itu kerajaan Islam Fatimiyah (dengan Ibu Kota Mesir) adalah salah satu bagian dari Kesultanan Abbasiyah Baghdad. Sementara Julius Caesar adalah penguasa Roma.
13. Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008.
14. Artikel Karya Agus Saputera, Pengajar pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Riau, 17 September 2008.
15. Dikutip (wacana dan bagan) dari POLA DAN STRATEGI Pengembangan Perpustakaan Dan Pembinaan Minat Baca Perpustakaan Nasional Rl Tahun 2003, Halaman 46-47.
16. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah Menengah Tingkat Atas, PN Balai Pustaka, 1984, Hal.13.
17. Ibid.
18. Dikutip dari : http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/promosi perpustakaan
19. POLA DAN STRATEGI Pengembangan Perpustakaan Dan Pembinaan Minat Baca Perpustakaan Nasional Rl Tahun 2003, Halaman 53.


DAFTAR PUSTAKA

Artikel Karya Agus Saputera, Pengajar pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Riau
Delly H. Dadang, Kiat dan Strategi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat, Teknis Perpustakaan Sekjen Departemen Dalam Negeri, Jakarta.
Hannemany Samuel, Sosiologi 1, 1997
http://gpmb.multiply.com/journal/item/5. Sebuah artikel on-line dengan Judul : Gerakan nasional Membaca Melalui Suatu Pelembagaan, Oleh : Athailah Baderi.
http://muhammadzen.blog.ugm.ac.id/2009/05/05/ rencana-perpustakaan-tahun-2010-kabupaten-karimun
http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/promosi perpustakaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah Menengah Tingkat Atas, PN Balai Pustaka, 1984
Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, Perpustakaan Nasional RI, Bagian Proyek Pengembangan Sistem Perpustakaan Nasional, 1999
Perpustakaan Kabupaten Karimun dan Kearsipan, 2008
POLA DAN STRATEGI Pengembangan Perpustakaan Dan Pembinaan Minat Baca Perpustakaan Nasional Rl Tahun 2003


0 komentar:

Posting Komentar